BAB IV REGRESI LINIER BERGANDA
Soal no 1
REGRESI LINIER BERGANDA
Pengertian Regresi linier Berganda
Pada bab sebelumnya telah dibahas
tentang regresi linier dengan
2 (dua) variabel (yaitu variabel Y dan X)atau biasa disebut dengan single
linier regression. Pada bab ini jumlah
variabel yang digunakan akan ditambah menjadi
lebih banyak, yaitu satu variabel Y dan jumlah variabel
X nya lebih dari 1 (satu) variabel. Artinya, variabel
X bisa berjumlah 2, 3, atau lebih. Jumlah X yang lebih dari satu tersebut terkenal dengan istilah Regresi Linier Berganda atau multiple linier regression.
Bertambahnya jumlah variabel X hingga lebih dari satu sangat memungkinkan,
karena dalam keilmuan social semua faktor-vaktor atau variabel-variabel saling
berkaitan satu dengan lainnya. Sebagai misal, munculnya inflasi tentu tidak
hanya dipengaruhi oleh bunga deposito (budep), tetapi sangat mungkin
dipengaruhi oleh faktor lain seperti perubahan nilai tukar (kurs), jumlah uang
beredar, kelangkaan barang, dan lain-lain. Sebagaimana dalam teori inflasi,
inflasi dapat digolongkan sebagai inflasi karena tarikan permintaan dan inflasi
desakan biaya. Inflasi tarikan permintaan terjadi apabila masyarakat banyak
memegang uang. Tentu secara singkat dapat diartikan bahwa terdapat jumlah
kelebihan jumlah uang beredar yang ada di masyarakat. Inflasi desakan biaya
mempunyai sebab yang hampir serupa. Inflasi jenis ini terjadi akibat
melonjaknya harga-harga faktor produksi. Kalau ditelusuri, melonjaknya
hargaharga faktor. Produksi dapat disebabkan banyak hal seperti semakin langkanya
jenis barang, tuntutan kenaikan gaji pekerja, semakin mahalnya ongkos
transportasi, atau bisa juga disebabkan oleh adanya perubahan nilai tukar mata
uang juga. Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa pemicu terjadinya
inflasi desakan biaya karena perubahan pada sisi supply, sedang inflasi
tarikan permintaan disebabkan perubahan pada sisi demand. Maka untuk
semakin memperjelas perihal terjadinya inflasi, dapat dicoba menambah satu
variabel penduga (X) Karena jumlah variabel X tidak lagi satu melainkan sudah
dua, maka analisa yang akan digunakan adalah analisa regresi linier berganda.
Perubahan model dari bentuk single ke dalam bentuk multiple mengalami
beberapa perubahan, meliputi: 1)jumlah variabel penjelasnya bertambah, sehingga
spesifikasi model dan data terjadi penambahan. 2) rumus penghitungan nilai b
mengalami perubahan, 3) jumlah degree of freedom dalam menentukan nilai
t juga berubah.
Model Regresi Linier
Berganda
Penulisan model regresi linier berganda
merupakan pengembangan dari model
regresi linier tunggal. Perbedaannya hanya
terdapat pada jumlah variabel X saja.Dalam regresi linier tunggal hanya satu X,
tetapi dalam regresi linier berganda variabel
X lebih dari satu. Model regresi linier umumnya dituliskan sebagai berikut:
Populasi: Y = A + B1X1+ B2X2+ B3X3+ ………+BnXn+ e
Atau Y
= B0+ B1X1+ B2X2+ B3X3+ ………+BnXn+ e
Sampel : Y
= a + b1X1+ B2X2+ B3X3………+BnXn+ e
Atau Y
= B0+ B1X1+ B2X2+ B3X3+ ………+BnXn+ e
Perlu diingat bahwa penulisan model
sangat beragam. Hal ini dapat dimengerti karena penulisan model sendiri hanya
bertujuan sebagai teknik anotasi untuk memudahkan interpretasi. Penulisan cara
di atas adalah bentuk model yang sering dijumpai dalam beberapa literatur.
Notasi model seperti itu tentu berbeda dengan notasi model Yale.
maka notasi model menjadi seperti
berikut:
Populasi: Y = B1.23+ B12.3X2i+B13.2 X3i + e
Sampel : Y = b1.23+ b12.3X2i+ b13.213.2X3i+ e
Notasi model Yale ini mempunyai
spesifikasi dalam menandai variabel terikat yang selalu dengan angka 1.Untuk
variabel bebas notasinya dimulai dari angka 2, 3, 4, dan seterusnya. Notasi b1.23
berarti nilai perkiraan Y kalau X2dan X3 masing-masing
sama dengan 0 (nol).
Notasi b12.3
berarti besarnya pengaruh X2 terhadap Y jika X3 tetap.
Notasi b13..2berarti besarnya pengaruh
X3
terhadap Y jikaX2 tetap.
Penulisan model dengan simbol Y untuk
variable dependen, dan X untuk variabel independen, saat ini mulai ada
penyederhanaan lagi, yang intinya untuk semakin memudahkan interpretasi.
Berdasar pada keinginan mempermudah dalam mengingat variabel yang akan dibahas,
maka notasi model dapat pula ditulis sebagai berikut:
Inflasi
= b0+ b1Budep + b2Kurs + e
Penghitungan Nilai Parameter
Penggunaan
metode OLS dalam regresi linier berganda
dimaksudkan untuk mendapatkan aturan dalam mengestimasi
parameter yang tidak diketahui. Prinsip yang
terkandung dalam OLS sendiri adalah untuk meminimalisasi
perbedaan jumlah kuadrat kesalahan (sumof square) antara nilai observasi
Y dengan Yˆ . Secara
matematis, fungsi minimalisasi sum of square.
å e 2
(b0, b1,b2) = å (Y - Yˆ ) 2
= å (Y - b0- b1 X 1- b2
|
X
Telah
dikemukaan di
atas bahwa pencarian nilai
b pada single linier berbeda
dengan multiple linier.
Perbedaan ini muncul karena jumlah variabel
penjelasnya
bertambah.
Semakin
banyaknya variabel X
ini maka kemungkinan-kemungkinan
yang
menjelaskan model juga
Mengalami
pertambahan. Dalam
single
linier
kemungkinan perubahan variabel lain tidak terjadi,
tetapi
dalam
multiple linier hal itu terjadi. Misalnya, Jika terjadi
perubahan pada X1, meskipun X2 konstan, akan mampu
merubah nilai harapan
dari
Y. Begitu
pula, perubahan
pada X2, meskipun
X1 konstan, akan mampu merubah nilai harapan
dari
Y. Perubahan yang terjadi
pada X1 atau
X2 tentu mengakibatkan perubahan nilai harapan Y atau E(Y/X1,X2) yang berbeda. Oleh karena itu pencarian nilai
b mengalami perubahan.
Guna
mengetahui seberapa
besar kontribusi X1 terhadap perubahan Y, tentu perlu untuk melakukan kontrol pengaruh dari X2. Begitu pula, untuk mengetahui
kontribusi X2, maka perlu juga melakukan kontrol
terhadap X1. Dari sini dapat timbul
pertanyaan, bagaimana caranya mengontrolnya? Untuk menjawabnya,
perlu ilustrasi secara konkrit agar mudah dipahami.
Misalnya kita hendak mengontrol pengaruh
linier X2 ketika melakukan
pengukuran
dampak dari perubahan X1 terhadap Y,
maka dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Tahap pertama: lakukan regresi Y terhadap X2.
Y =
b0 +
b2 X2 +
e1
Dimana
e1 merupakan residual, yang besarnya:
e1 =
Y –
b0 – b2X2
= Y- Yˆ
Tahap kedua:
lakukan
regresi X1 terhadap
X2
X1 =
b0 + b2 X2 + e2
Dimana e1 merupakan residual, yang besarnya:
e2 =
X1 – b0 –
b2X2
= X1- Xˆ
Tahap ketiga: lakukan regresi e1 terhadap e2
e1 =
a0 +
a1e2 +e3
Besarnya a1 pada tahap ketiga inilah yang
merupakan nilai
pasti atau net effect dari perubahan satu
unit X1 terhadap Y, atau
menunjukkan
kemiringan (slope) garis Y atas variabel X1. Logika dari teori tersebut yang mendasari rumus yang dapat digunakan untuk menentukan
koefisien regresi
parsial (partial regression coefficients) (baca: b1,
b2). Dengan memanfaatkan data yang telah
tersedia, kita dapat pula menentukan
nilai b1 variabel Budep maupun b2 variabel Kurs. Pencarian koefisien
regresi tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan
rumus-rumus yang telah ditentukan
di atas.
Guna mempermudah dalam
memasukkan angka-angka ke dalam rumus,
maka
data yang ada perlu diekstensifkan sesuai dengan kebutuhan
rumus tersebut. Nilai dari parameter b1 dan b2 merupakan nilai dari
suatu sampel. Nilai
b1 dan b2 tergantung pada jumlah sampel yang ditarik. Penambahan atau pengurangan akan mengakibatkan
perubahan rentangan nilai
b. Perubahan rentang nilai b1 dan b2 diukur dengan standar error. Semakin besar
standar error
mencerminkan nilai b sebagai penduga
populasi semakin kurang representatif. Sebaliknya, semakin kecil standar error maka keakuratan
daya penduga
nilai b terhadap populasi semakin tinggi. Perbandingan antara nilai b
dan standar error ini memunculkan nilai t,
Koefisien Determinasi
(R2)
Disamping menguji
signifikansi dari
masing-
masing variabel, kita dapat
pula menguji determinasi
seluruh variabel penjelas yang ada dalam model regresi. Pengujian
ini
biasanya disimbolkan
dengan
koefisien regresi yang biasa disimbolkan dengan R2.
Uraian tentang
koefisien
determinasi sedikit banyak
telah
disinggung pada
single
linier regression. Pada
sub bahasan ini hanya
menambah penjelasan-penjelasan agar menjadi lebih lengkap saja.
Koefisien determinasi pada
dasarnya digunakan untuk mengkur goodness of fit dari persamaan
regresi, melalui hasil pengukuran dalam bentuk prosentase yang
menjelaskan determinasi
variabel penjelas (X) terhadap variabel yang dijelaskan (Y). Koefisien determinasi dapat
dicari melalui hasil bagi dari total sum of square (TSS)
atau
total
variasi
Y terhadap explained
sum
of square (ESS) atau
variasi yang dijelaskan Y. Dengan
demikian kita dapat mendefinisikan lagi R2 dengan arti rasio antara
variasi yang dijelaskan Y dengan total variasi Y. Rumus
tersebut adalah sebagai berikut:
R 2 ESS
TSS
Total variasi Y (TSS) dapat
diukur menggunakan derajat deviasi dari
masing-masing observasi nilai Y dari rata-ratanya. Hasil pengukuran ini kemudian dijumlahkan
hingga mencakup seluruh observasi.
Uji F
Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa dalam
regresi linier berganda
variabel penjelasnya selalu
berjumlah lebih
dari satu. Untuk
itu, maka pengujian
tingkat
signifikansi variabel
tidak
hanya dilakukan secara
individual saja, seperti dilakukan dengan uji t,
tetapi dapat
pula dilakukan pengujian signifikansi semua variabel
penjelas
secara serentak atau bersama-sama. Pengujian
secara serentak tersebut dilakukan
dengan teknik analisis of variance (ANOVA) melalui pengujian nilai F
hitung
yang dibandingkan dengan nilai F tabel. Oleh karena
itu disebut pula dengan uji F.
Pada
prinsipnya, teknik
ANOVA
digunakan untuk
menguji distribusi
atau
variansi
means dalam variable
penjelas apakah secara proporsional telah signifikan
menjelaskan variasi dari variabel yang dijelaskan. Untuk memastikan jawabannya, maka perlu dihitung rasio antara
variansi means (variance between means) yang dibandingkan dengan variansi
di dalam kelompok
variabel (variance between
group). Hasil pembandingan keduanya itu (rasio antara variance between means terhadap variance
between group) menghasilkan nilai F
hitung, yang kemudian dibandingkan
dengan nilai F tabel.
Jika nilai F hitung lebih besar dibanding nilai F tabel, maka secara serentak seluruh variabel penjelas yang ada
dalam
model signifikan mempengaruhi variabel terikat Y. Sebaliknya, jika nilai F hitung lebih
kecil dibandingkan dengan nilai F
tabel, maka tidak secara serentak seluruh variabel penjelas yang ada dalam
model signifikan mempengaruhi variabel terikat Y.
Soal no. 2
·
Di dalam regresi linear berganda
terdapat 3 (tiga) variabel yaitu satu variabel Y dan jumlah variabel X nya
lebih dari 1 (satu) variabel. Artinya, variabel X bisa berjumlah 2, 3, atau
lebih. Jumlah X yang lebih dari satu tersebut terkenal dengan istilah Regresi
Linier Berganda atau multiple linier regression. Model dari regresi
linear berganda yaitu sebagai berikut :
Populasi:
Y = A + B1X1 + B2X2 + B3X3 + ………+ BnXn + e
Atau
Y = B0 + B1X1 + B2X2 + B3X3 + ………+ BnXn + e
Sampel
: Y = a + b1X1 + b 2X2 + b 3X3 + ………+ b nXn + e
Atau
Y = b0 + b1X1 + b 2X2 + b 3X3 + ………+ bnXn + e
·
Koefisien determinasi pada dasarnya
digunakan untuk mengkur goodness of fit dari persamaan regresi,
melalui hasil pengukuran dalam bentuk prosentase yang menjelaskan determinasi
variabel penjelas (X) terhadap variabel yang dijelaskan (Y). Koefisien
determinasi dapat dicari melalui hasil bagi dari total sum of
square (TSS) atau total variasi Y terhadap explained sum of
square (ESS) atau variasi yang dijelaskan Y.
·
Pengujian secara (Uji F) serentak
dilakukan dengan teknik analisisof variance(ANOVA) melalui pengujian nilai
F hitung yang dibandingkan dengan nilai F tabel. Oleh karena itu disebut pula
dengan uji F. Pada prinsipnya, teknik ANOVA digunakan untuk menguji distribusi
atau variansi means dalam variabel penjelas apakah secara
proporsional telah signifikan menjelaskan variasi dari variabel yang dijelaskan
Soal no. 3
a. Regresi
linier berganda ialah suatu metode yang digunakan untuk menilai
hubungan perhitungan atau tingkat signifikansi
suatu variabel terhadap variabel lain dimana variabelyang
digunakan (varibel penjelas) berjumlah lebih dari satu.
b.
b.Pada
umumnya model Regresi linier berganda :
Populasi
: Y = A + B1X1 +B2X2 +B3X3 ….
+ BnXn + e
Sampel : y = a + b1x1+
b22 + b3x3 +…. + bnxn + e
c. Uraian dan arti model Regresi Linier
Berganda
Y =
Variabel dependen / terikat / endogin / dipengaruhi.
A =
Konstanta / intercept, menjelaskan nilai variabel Y ( dependen ) ketika
masing-masingvariabel independennya bernilai 0.
B =
Parameter, menunjukan ketergantungan variabel Y terhadap variabel X.
X =
Variabel independen / bebas / eksogin / dipengaruhi.
d. Informasi dari konstanta merupakan angka
yang nilainya tetap. Sebenarnya itu juga bisadigunakan untuk indikator letak
titik potong garis regresi terhadap sumbu y. Jika nilainya positif,
maka letak titik potongnya diatas titik origin (o).
Jika nilainya dibawah maka letaktitik potongnya dibawah titik origin.
e. Informasi dari
koefisien regresi menunjukan arah atau tingkat kemiringan atau slope
garisregresi menilai elastisitas nilai variabel X. Jika (+) maka elastisitas
yang ada menunjukan perubahan yang searah, dimana jika ada
penambahan nilai X maka Y juga bertambah. Jika(-) maka
perubahannya berkebalikan, jika ada penambahan nilai X maka nilai Y turun.
Besar
nilai pada koefisien regresi ini mempengaruhi tingkat elastisitas, jika
nilainyadibawah maka elastis. Artinya X berubah maka Y berubah lebih besar. Jika
b=1,maka perubahan pada X sama dengan perubahan pada Y.Jika nilainya b < 1, maka perubahan pada
X akan mengakibatkan perubahan pada Y namun pada skala yang lebih real.
f. Perbedaan model regresi linier sederhana
dengan model regresi linier berganda:
Regresi
linier sederhana hanya melibatkan dua variabel saja, yaitu 1 (satu)
variabeldependen atau variabel tergantung dan 1 (satu) variabel independen atau
variabel bebas.Kalau regresi linier berganda melibatkan lebih dari dua variabel
yaitu 1 (satu) variabeldependen atau variabel tergantung dan lebih dari 1
(satu) variabel independen atau bebas.
g. Rumus untuk mencari nilai b antara regresi
linier berganda berbeda dengan rumus regresilinier sederhana karena jumlah
variabel penjelas dari regresi linier berganda bertambah,semakin banyaknya
variabel x maka semakin banyak pula kemungkinan-kemungkinanyang menjelaskan
model. Dalam single linier, kemungkinan perubahan variabel lain tidaktejadi
sedangkan pada multilinier kemungkinan tersebut terjadi.
h. Pencarian nilai t memiliki kesamaan dengan
model regresi linier sederhana, hanya saja pencarian nilai Sb nya yang berbeda. Karena Sb setiap variabel harus dicari nilainya ( bo,b1, b…. bn )
i.
Menentukan
nilai t yang siginifikan dapat diketahui jika nilai t yang diperoleh
dari perhitungan ( t hitung ) lebih besar dari pada nilai t yang ada di
tabel.
j.
Kegunaan
nilai F :
Nilai
F sebagai rasio hasil perbandingan antaravariance between
meansterhadapvariancebetween groups. Ketika nilai F kurang dari F
tabel maka variabel yang ada secara serempaktidak signifikan mempengaruhi variabel
Y begitupun sebaliknya.
k. Menentukan nilai F yang siginifikan dapat
diketahui jika nilai F yang diperoleh dari perhitungan ( F hitung ) lebih
besar dari pada nilai F yang ada di tabel.
l.
Rumus
yang digunakan untuk mencari koefisien determinasi antara model regresi
linier berganda berbeda dengan model regresi linier sederhana, namun konsepnya sama yaitumembandingkan
antara jumlah sumbangsih pengaruh variabel bebas terhadap total variabelyang
dipengaruhi. Terdapat perbedaan rumus karena memang regresi linier berganda
lebih kompleks dengan bertambahnya jumlah variabel bebas, sehingga pengembangan
datauntuk mencari Sbnya juga lebih kompleks.
m. Variabel penjelas dapat dianggap sebagai
prediktor terbaik jika koefisien pada rumusregresinya bernilai positif dan
lebih dari 1 ( elastis ), serta nilai tersebut lebih tinggi dari koefisien
variabel yang lain.
www.uniba.ac.id
www.uniba.ac.id
Komentar
Posting Komentar